Pada Rumah PATRI, Semuanya Berguna

Oleh : Ir. H. Sunu Pramono Budi, MM

Mengapa PATRI menggunakan RUMAH TRANSMIGRAN sebagai simbol organisasinya? Saya yakin, dari simbol rumah dapat diungkapkan berbagai makna. Beberapa waktu yang lalu saya pernah menjelaskan makna rumah transmigran itu. Saya ingin menambahkan lagi makna rumah transmigran dari sudut berbeda.

Setelah delapan belas tahun berjalan, PATRI ternyata mempunyai kekayaan yang  mencengangkan. Kekayaan itu berupa modal personal dan modal sosial potensial. Tiap waktu kekayaan itu terus bertambah banyak dan beraneka ragam.

Seperti sering disebut, saat ini anak keturunan transmigran telah banyak yang menjadi "orang" sukses. Mereka juga datang dari aneka latar belakang profesi dan organisasi. 

Ada aktivis NGO, Koperasi, pegiat anti narkoba, profesor, seniman, jurnalis, wiraswasta, guru, pengacara, tentara, polisi, politikus, petani, dalang, pegawai negeri, dokter, ulama, pejabat negara, penulis, pembekam, dan masih banyak lagi. Kadang heran juga. Walaupun beraneka ragam latar belakang, tetapi kita bisa guyup rukun. Allah Akbar.

Saya mengibaratkan, PATRI sebagai bangunan rumah. Untuk bisa kokoh berdiri, rumah justru dibangun dengan bermacam ragam unsur berbeda. Ada yang bernama fondasi, dinding, tiang, plafon, pintu, dan  jendela. 

Ada jenis bahan bangunan berupa pasir, batu kali, semen, paku, kayu, dan lainnya. Semua beragam unsur dan bahan itu merasa  SENASIB SEPENANGGUNGAN berhimpun, sehingga tercipta bangunan RUMAH PATRI yang kuat.

Apa tidak ada masalah? Oo...Tidak mungkin. Saudara yang satu perut ibu saja kadang bertengkar, apa lagi yang lahir dari jutaan perut ibu berbeda. Misalnya, ada aktivis tertentu merasa paling utama dibagian rumah itu. Ketika salah satu unsur menganggap dirinya paling berguna, maka segera ada unsur lain yang menolaknya. 

Semuanya ingin dihargai dan dianggap berguna. Ini seperti paku. Walaupun kecil dan murah, dia tidak mau diremehkan oleh semen atau kayu. Maknanya, semua kader disini harus bisa mengendalikan dirinya, untuk terus belajar saling mengerti. Karena sesalah-salahnya orang ada insting ingin membela diri. Padahal di atas langit masih ada langit.

Saya yakin, sejalan dengan bertambahnya usia rumah ini, diharapkan Warga rumah ini semuanya bisa kian bijaksana. Bisa mengendalikan perasaan, sikap, dan ucapan yang dapat menyakiti penghuni lainnya. Paling tidak, kita sepakati untuk terus menjaga, agar seisi rumah ini  merasakan kedamaian. Aamien.
Previous article
Next article

Belum ada Komentar

Posting Komentar

Ads Atas Artikel

Ads Tengah Artikel 1

Ads Tengah Artikel 2

Ads Bawah Artikel