Teroris Lahir dari Kebodohan

Ilustrasi teroris. ANTARA/Ardika

Hakim bertanya kepada pembunuh presiden Mesir Anwar Sadat : 

"Kenapa kamu bunuh Sadat ?". 
Pembunuh menjawab : "Sebab dia Secular". 

Hakim bertanya lagi : "Apa arti atau yang dimaksud dengan Secular itu ?". 

Pembunuh menjawab : "Saya tidak tahu" .

Ada lagi kasus pembunuhan Penulis Mesir 'Naguib Mahfouz'.

Hakim bertanya kepada teroris: "Kenapa kamu tikam dia?". 

Teroris : "Sebab tulisan Novel nya yang berjudul 'The Children of our neighborhood'" .

Hakim : "Apakah kamu sudah membaca Novel nya ?". 

Teroris : "No (belum)" .

Ada cerita lain lagi dalam kasus pembunuhan Penulis Mesir bernama Faraj Fouda. 

Hakim bertanya kepada teroris yabg  membunuh Faraj Fouda : "Kenapa kamu bunuh Faraj Fouda ?". 

Teroris : "Sebab dia pengkianat (tidak setia)". 

Hakim : "Bagaimana kamu tahu dia itu pengkianat ?".

Teroris menjawab : "Dari buku-buku yang dia tulis ?". 

Hakim : "Buku dia yang mana, yang membuat kamu bisa menarik kesimpulan bahwa  dia pengkianat ?".

Teroris : "Saya belum pernah membaca buku-bukunya" .

Hakim : "Kenapa ?".

Teroris : "Saya buta huruf".

Apa yang bisa ditarik kesimpulan dari cerita-cerita tersebut diatas?

Teroris lahir dari kebodohan.

Kebencian tidak pernah tersebar lewat ilmu pengetahuan. Kebencian selalu tersebar lewat kedunguan (kebodohan).

Kebencian tidak mudah tersebar pada orang-orang yang pandai (orang-orang yang berilmu, yang menggunakan akalnya)

Kebencian mudah tersebar pada orang-orang dungu (bodoh).

Dosa terbesar itu kebodohan, sedang dosa yang tak terampuni adalah syirik. 

Perintah pertama Allah adalah IQRA, belajar agar tidak menjadi orang bodoh. 

Agar anda tidak mudah dibodohi oleh teroris dengan jargon agama.

Dalam riwayat disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: 

"Musuh yang pandai lebih baik dari teman yang bodoh"

Dikutip dari FB Usman Afendi
Previous article
Next article

Belum ada Komentar

Posting Komentar

Ads Atas Artikel

Ads Tengah Artikel 1

Ads Tengah Artikel 2

Ads Bawah Artikel