Hari Bhakti Transmigrasi, Menjadi Hari Transmigrasi Nasional

                                  Ilustrasi poto kawasan pemukiman Transmigrasi (dok)

Oleh : Ir. H. Sunu Pramono Budi, MM - Ketua Umum DPP PATRI 

Bulan November 1905 awal Kolonisasi. Saat itu 155 KK (815 jiwa) dari Kedu diberangkatkan ke Lampung. Setelah Indonesia Merdeka, tanggal 12 Desember 1950, diberangkatkan 23 KK (77 jiwa) dari Jawa Tengah ke Lampung. Tempatnya di Gedong Tataan, Lampung. 

Untuk memperingati peristiwa perpindahan penduduk setelah kemerdekaan itu, maka setiap tanggal 12 Desember diperingati sebagai Hari Bhakti Transmigrasi (HBT). Hal itu dituangkan dalam Keputusan Menteri Transmigrasi No. KEP. 264/MEN/1984 tanggal 23 Nopember 1984, tentang Hari Bhakti Transmigrasi. 

Tetapi saat ini hanya sedikit masyarakat kita yang paham transmigrasi. Karena itu saat MUNAS 2004, PATRI mendorong dan mengusulkan agar Hari Bhakti Transmigrasi (HBT) yang terkesan lingkup Kalibata, menjadi Hari Transmigrasi Nasional (HTN).

Jika HBT berdasarkan KEPMEN, maka HTN berdasarkan KEPPRES. Sehingga Transmigrasi menjadi milik Nasional. Karena faktanya Transmigrasi juga punya jejak kontribusi besar dalam pembangunan nasional.

Kita tahu, di negeri kita ini banyak peringatan berskala Nasional. Bahkan ada yang tingkat internasional. Ada hari buruh, tani, guru, santri, batik, konsumen, ikan, olah raga, keluarga, air, dan macam-macam. Tetapi hari Transmigrasi Nasional belum/tidak ada. 

Kalau harapan warga PATRI me-Nasionalisasi-kan Transmigrasi ini belum terwujud, tidak masalah. Karena memang pada umumnya para Transmigran sejak 1905 dan 1950 sudah terbiasa bekerja dalam senyap.

Maka, bagi keluarga besar anak keturunan Transmigran, saya mengimbau. Marilah kita mengenang, memperingati, dan melestarikan kisah perjuangan  nenek moyang kita sendiri, Transmigran. Caranya, dengan menjadikan bulan November-Desember sebagai hari perenungan kita.

Misalnya, anggota PATRI yang berprofesi pengajar (guru dan dosen), bisa mengisi kelas yang kosong dengan sejarah transmigrasi. Lebih bagus lagi anggota yang punya lembaga pendidikan seperti PATRI Center, Kampung Inggris Transmigrasi, PAUD, TK, SD, dan SMP PATRI. Secara khusus diadakan kuliah umum (studium generale) tentang ketransmigrasian. DPP PATRI sudah pernah membuat modulnya. Bahannya bisa diunduh di internet.

Bagi yang berprofesi legislatif, banyak cara. Bisa menganggarkan peringatan hari Transmigrasi sebagai kegiatan di daerahnya. Kunjungan ke lokasi eks kimtrans, perlombaan untuk pemuda, dan lainnya.

Demikian pula mereka yang berprofesi di bidang pertanahan, NGO, dan penegak hukum. Bisa menyisihkan waktu, mencermati kasus lahan trans yang belum tuntas. Inilah wujud konkrit menghargai para leluhur pejuang kita.

Mereka yang menjadi Lurah, Kades, Penghulu, Keucik, Walinagari, bisa pasang spanduk di jalan desa. Agar anak-anak tahu, dulu kampungnya adalah permukiman Transmigrasi.

Demikian pula bagi anggota yang berprofesi sebagai pengusaha, jurnalis, para medis, tokoh agama/ulama, pimpinan daerah, birokrat, TNI/POLRI, pelajar, dan lainnya. Bisa menyempatkan diri selama bulan November-Desember menjadikannya sebagai "Harinya Kita". Kita suarakan, tunjukkan keteladanan dan prestasi kita. Kita kuatkan sinergi dan silaturahim antar anak bangsa di negeri ini. Kalau bukan kita, siapa lagi?

DJAS MERAH,  kata Bung Karno, djangan sekali-kali meloepaken sedjarah.!!
Previous article
Next article

Belum ada Komentar

Posting Komentar

Ads Atas Artikel

Ads Tengah Artikel 1

Ads Tengah Artikel 2

Ads Bawah Artikel