Minang, Rendang, Islam

Oleh : Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group|

JUDUL di atas betul-betul urutan. Secara kronologis atau urutan berdasarkan waktu, orang terlahir sebagai Minang dulu, lalu bikin rendang, baru masuk Islam.

Ada yang berteori orang Minangkabau berasal dari keturunan Iskandar Zulkarnain, A lexander The Great.

Ada pula yang berteori nenek moyang orang Minangkabau berasal dari India Selatan, sebagiannya sisa laskar Macedonia, yang mengembara ke Tiongkok Selatan, Siam, dan Melayu.

Entah teori mana yang benar, yang pasti orang Minang berasal dari luar Nusantara. Itu artinya tidak ada orang Minang asli, Minang ‘pribumi’.

Secara genetika, penelitian Prof Herawati dari Eijkman Institute pada 2017 membuktikan semua orang Indonesia ialah ‘imigran’. Tidak ada orang Indonesia ‘pribumi’.

Semua manusia pada dasarnya migran. ‘Manusia ialah spesies berpindah-pindah, tetapi sebagian orang ingin membaginya menjadi dua: migran dan pribumi’, tulis novelis Mohsin Hamid di National Geographic edisi Agustus 2019.

Dari mana pun asal muasalnya, para pendatang ke ranah Minang itu kemudian bersepakat bersinergi dan menyintesiskan kebudayaan mereka menjadi satu entitas budaya baru bernama Minangkabau.

Mereka yang terlahir dalam entitas budaya Minangkabau itu kita sebut orang Minangkabau.

Kita meyakini orang Minang-lah yang pertama-tama bikin rendang. Rendang, menurut Hikayat Amir Hamzah, sesungguhnya sudah dikenal dalam seni masakan Melayu sejak 1550-an:

...Buzurjumhur Hakim pun pergi pula ke kedai orang merendang daging kambing, lalu ia berkata, “Beri apalah daging kambing rendang ini barang segumpal.” Sahut orang merendang itu, “Berilah harganya dahulu.”

Dari Hikayat Amir Hamzah itu rendang seni masakan Melayu, bukan Minang asli.

Betul Minang bagian dari kebudayaan Melayu, tetapi ruang lingkup kebudayaan Melayu amat luas meliputi antara lain Deli, Serdang, Langkat, Riau, Malaysia, bahkan Thailand.

Mungkin itu pula yang menyebabkan Malaysia pernah mengakui rendang sebagai seni masakannya dan kita marah besar kepadanya.

Pun kelahiran rendang konon tak luput dari pengaruh beberapa negara, misalnya bumbu-bumbu dari India yang diperoleh dari para pedagang Gujarat.

Orang Minang di masa lampau ialah petani. Petani di masa lampau, termasuk petani Minang, aslinya penganut animisme.

Orang Minang beralih ke Hindu-Buddha ketika Raja Adityawarman datang ke ranah Minang pada 1300-an.

Orang Minang masuk Islam baru pada abad ke-18. Yang membawa Islam ke ranah Minang ialah para pedagang dari Gujarat.

Islam yang dibawa mereka cenderung inklusif dan sufistik. Itulah sebabnya di awal-awal orang Minang memeluk Islam terdapat sejumlah tarekat sufi . Sampai sekarang tarekat-tarekat itu masih ada.

Pada 1700-an sampai 1800-an orang-orang Minang yang belajar atau merantau ke Mekah kembali ke kampung halaman.

Ketika itu Wahabi menguasai Arab Saudi. Kelahiran gerakan Padri ketika itu kiranya tidak terlepas dari pengaruh Wahabi.

Sejumlah sejarawan menyebut Padri sebagai gerakan fundamentalis pertama di Indonesia. Slogan ‘adat basandi sarak, sarak basandi Kitabullah’ lahir di masa itu.

Islam bukan agama asli orang Minang, melainkan animisme. Bagi Indonesia, Islam, serupa Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, ialah agama-agama impor.

Agama asli orang Indonesia contohnya animisme, Parmalim (Batak), Tolotang (Sulawesi Selatan), dan Sunda Wiwitan (Jawa Barat).

Islam yang masuk ke ranah Minang tidak tunggal, tidak dari satu sumber, sekurang-kurangnya dari India dan Arab.

Inilah yang oleh sejarawan Azyumardi Azra disebut teori mata air. Teori mata air mengatakan Islam berasal dari berbagai tempat, dari berbagai sumber ‘mata air’, antara lain Arab, Mesir, Irak, India, bahkan Tiongkok.

Orang Minang dan budaya yang dihasilkannya seperti rendang serta agama yang dipeluknya, yakni Islam secara historis tidak asli-asli amat.

Celakanya, ada orang yang mengklaim sebagai pemilik sah atau pemilik asli Minang, kebudayaannya serta agamanya, sehingga dia merasa berhak mencoret orang Minang lain dari daftar etnisitas Minang untuk menjaga keaslian etnik, budaya, dan agama tersebut.

Itulah yang baru-baru ini menimpa Ade Armando, yang statusnya sebagai orang Minang dicoret pemangku adat, gara-gara mempertanyakan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno yang meminta Kemenkominfo menghapus aplikasi Injil berbahasa Minang.

Filsafat ketuhanan menyebutkan cuma Tuhan yang asli, azali, causa prima; cuma Tuhan pemilik asli dan keaslian.

Jangan-jangan orang-orang yang merasa pemilik asli satu budaya dan agama dan berhak bertindak atas nama keaslian budaya dan agama itu kiranya telah menyerobot hak Tuhan?

Wallahu a’lam.
Previous article
Next article

Belum ada Komentar

Posting Komentar

Ads Atas Artikel

Ads Tengah Artikel 1

Ads Tengah Artikel 2

Ads Bawah Artikel